Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit tertua di dunia, dan sampai saat ini masih kita jumpai di Indonesia. Perlu diketahui bahwa penyakit kusta bukan penyakit kutukan. Penyakit kusta disebabkan oleh infeksi kronis oleh kuman atau bakteri mycobacterium leprae. Kondisi ini terutama memengaruhi kulit, mata, hidung dan saraf perifer.
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kusta, antara lain kontak erat dan lama dengan penderita kusta, tinggal di daerah endemik kusta kondisi yang buruk seperti rumah yang tidak memadai dan tidak memiliki sumber air bersih, menderita cacat genetik pada kekebalan tubuh serta menderita gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Namun, bagi penderita kusta yang telah diobati dengan obat antibiotik tidak akan menularkan yang lain dan dapat beraktivitas seperti biasa dan dapat hidup normal di tengah-tengah teman dan keluarga.
Adapun tanda dan gejala yang sering dijumpai pada penyakit kusta, antara lain terdapat lesi kulit berupa hipopigmentasi (bercak putih), hiperpigmentasi (bercak kecoklatan-kehitaman)
atau bercak kemerahan, mati rasa di area kulit tertentu, kulit terlihat kering, kaku dan tidak berkeringat, muncul luka tapi tidak terasa sakit, otot melemah (terutama otot kaki dan tangan) serta dapat terjadi gangguan penglihatan yang dapat berujung kebutaan.
Pengobatan penyakit kusta, umumnya dilakukan dalam kurun waktu enam bulan hingga 1 – 2 tahun tergantung jenis dan keparahannya. Penyakit kusta bisa sembuh total, asalkan selalu mengingat dua kunci utama dalam pengobatan penyakit ini, yaitu tidak terlambat memeriksakan diri ke dokter dan disiplin saat menjalani pengobatan. Selain harus minum obat secara teratur, orang dengan penyakit kusta juga harus memperhatikan asupan nutrisinya. Hal ini dilakukan untuk membantu mempercepat penyembuhan kusta. Selain itu, penanganan dini akan menghindarkan dari kecacatan.